Oleh: M. Rizal Firdaus
Kabid RPK PC IMM Djazman Al Kindi
53 tahun Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah (IMM) berdiri. Selama perjalanan kelahiran IMM, telah melewati
masa-masa orde kebangsaan. Sejak zaman Orde Lama, Orde Baru hingga sekarang
telah memberi coretan warna sejarah bangsa. Organisasi Otonom (Ortom)
Muhammadiyah yang di ketuai pertama oleh M. Djazman Al Kindi pada 14 Maret 1964
di Yogyakarta. Kelahiran IMM sendiri tidak lepas dari pengaruh Internal
Muhammadiyah yang mempunyai tujuan sesuai dengan AD Muhammadiyah BAB II pasal
3, yang bermaksud untuk berdakwah lebih luas lagi di lingkungan mahasiswa.
Hingga ketika memasuki zaman Orde Lama pembahasan pembentukan IMM terwujud,
dengan alasan banyak faktor dari luar untuk membentuk sebuah organisasi atau
perkumpulan mahasiswa Muhammadiyah guna berjuang dengan jalan dakwah dan
mendeklarasikan diri sebagai organisasi Islam.
Penjajahan ideologi luar di tubuh
kepemudaan islam dan pemerintahan, atmosfir politik semakin panas, hingga pada
suatu ketika pemerintah Indonesia ditopang oleh NASAKOM (Nasionalis, Islam, dan
Komunis), eksistensi kepemudaan Islam terancam, berawal dari runtuhnya MASYUMI
pada tahun 1960 membawa efek buruk bagi oragnisasi islam. Muhammadiyah
memandang perlu adanya pengamanan terhadap kader-kader Muhammadiyah yang berada
di tubuh organisasi tertentu yang berada kondisi ideologi tidak stabil.
Dinamika politik semakin tidak
terkendalikan sampai menjelang runtuhnya Orde Lama. Hingga pada tanggal 14
Maret 1964, IMM lahir membawa pencerahan diatas ketidak stabilan politik
tersebut. Membawa ideologi berasaskan Muhammadiyah, mewujudkan masyarakat islam
sebenar-benarnya di lingkungan mahasiswa.
IMM terbentuk membawa gerakan purifikasi
terutama di masyarakat kampus yang masih menyuburkan tradisi-tradisi tidak
sesuai dengan ajaran islam murni. Bahkan di lingkungan kampus ideologi komunis
pun masih tergolong banyak, di situlah peran IMM untuk memerangi ideologi yang
bertentangan dengan asas Pancasila.
Gerakan pembaharu IMM sejatinya
sejalan dengan kondisi setempat. Dalam kegiatan pemabaharu tersebut, aktivis
IMM harus cerdas dalam menanggapi persoalan bangsa dimana kader-kader IMM yang
punya kompetensi bisa menanggapapi secara bijak dan adil, tidak berpihak
diselesaikan dengan musyawarah.
Gerakan mahasiswa di ranah
masyarakat yang telah mendeklarasikan dirinya sebagai gerakan Intelektual. Hal
ini sesuai dengan ideologinya mengenai trikompetensi yaitu, Religiusitas,
Intelektualitas dan Humanitas. Pada dasarnya IMM telah memberi pengaruh
terhadap mahasiswa terutamanya dengan semangat bertauhid dan sosial sehingga
penerimaan gerakan tersebut tidak bertentangan dengan asas Pancasila maupun
agama.
Terus bagaimana peran IMM dalam
ranah kebangsaan, apakah sudah memberi pengaruh terhadap pemerintah atau hanya
sekedar memberi kritikan semata?, perlu di ingat kembali bahwa IMM lahir
membawa pengaruh kestabilan politik menjelang runtuhnya Orde Lama. Perlu
dicatat, bahwa IMM lahir bukan untuk meninggalkan organisasi kepemudaan islam
yang pernah diperjuangkan akan tetapi untuk menyelamatkan organisasi tersebut
dari pengaruh ideologi yang bertentangan dengan asas Pancasila.
Peran IMM dalam kebangsaan ikut
berperan dalam mengawasi kebijakan pemerintah yang tidak pro terhadap rakyat. Kader
IMM merupakan inti masyarakat utama, yang selalu menyebarkan cita-cita
kemerdekaan, kemuliaan dan kemaslahatan masyarakat sesuai dengan semangat
pembebasan. Dengan meneguhkan semangat amar
ma’ruf nahi munkar.
IMM merupakan gerakan intelektual
mahasiswa yang pada dasarnya meneguhkan semangat berfastabiql khairat dalam hal
kebaikan. Budaya kritis dan literasi sudah mulai terkuras di dalam tubuh IMM
sendiri, alhasil gerakan intelektual aktivis memudar selama kegiatan
kepanitiaan selalu menjadi prioritas utama. Dampak dari tersebut kualitas dari
kader semakin menurun ditambah lagi budaya akademik juga selalu disampingkan.
Budaya akademik sebenarnya adalah
budaya universal. Artinya, dimiliki oleh setiap orang yang melibatkan dirinya dalam
aktivitas akademik. Membangun budaya akademik bukan perkara yang mudah. Khusus
bagi kader, faktor-faktor yang dapat menghasilkan prestasi akademik tersebut
ialah terprogramnya kegiatan belajar individual dan kolektif dengan baik, kiat
untuk berburu referensi aktual dan mutakhir, diskusi substansial akademik, dsb.
Dengan melakukan aktivitas seperti itu diharapkan dapat dikembangkan budaya
mutu (quality culture) yang secara
bertahap dapat menjadi kebiasaan dalam perilaku kader dalam proses pendidikan
di perguruaan tinggi.
Dalam usia IMM yang menginjak 53
tahun, IMM telah menjalani perjalanan panjang. Umur yang sudah lebih dari
setengah abad ini segera merefleksikan diri apa kontribusi IMM di Muhammadiyah,
bangsa dan masyarakat. Bagaimanapun juga IMM adalah organisasi kepemudaan islam
yang membawa ideologi, jadi jangan mudah lelah dalam berdakwah dan terus
berjihad di jalan Allah sesuai dengan kemampuan dan keahlian.
IMM memerlukan gerakan intelektual
sebagai basis khusus dalam ber amar
ma’ruf nahi munkar, namun perlu disokong dengan sistem kaderisasi yang
mengarah pada pemahaman dalam ber-IMM. Selamat Milad ke-53 dan terus berjuang
dalam pembebasan kaum terindas dan kaum yang di lemahkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar