Oleh: Fianhasain
Assalamualaikum, semoga Allah SWT selalu menyertai setiap
perjalanan langkah hidup kita. Alhamdulillah, saya sangat bersyukur hari ini
masih berkesempatan untuk merasakan momen milad Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
(IMM) yang ke 53. Momen ini sangat saya manfaatkan untuk membuat tulisan
sederhana, untuk menyambung tali silaturahim dengan seluruh kader ikatan dan
terkhusus bagi kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Djazman Al Kindi Kota Jogja.
Sudah cukup lama saya tidak berpikir tentang IMM, jadi
jangankan rindu memikirkannya pun saya tidak. Singkatnya pernyataan saya
tersebut seolah menunjukkan bahwa saya adalah orang yang tidak peduli lagi
dengan IMM. Bahkan dalam kehidupan sehari-hari saat ini, saya tidak pernah lagi
bersinggungan dengan IMM, saya tidak pernah lagi ikut pengajiannya, diskusinya,
amal baktinya, sederhananya jarak saya dengan IMM sepertinya sudah terlalu
jauh. Mungkin satu-satunya sebab yang membuat saya dekat dengan IMM karena saya
masih berada dalam group media sosial kader IMM.
Pernyataan saya di atas merupakan sebuah fakta dan kejujuran
dalam diri saya. Sebenarnya saya pun belum terlalu lama meninggalkan IMM,
mungkin sekitar 3 tahun yang lalu saya masih sangat bersemangat untuk
mengenakan jas merah bertuliskan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, saya sangat
sering ikut diskusi IMM, saya pun aktif di kegiatan amal bakti IMM, tetapi itu
dulu, faktanya saat ini saya sudah tidak berbuat apa-apa dan lupa dengan IMM.
Pertanyaan sederhana pun muncul “kenapa bisa lupa dengan IMM ??” saya pun
mencoba merasionalisasikan untuk jawaban dari pertanyaan tersebut, jawabannya
pun sederhana, dulu saya masih aktif sebagai pimpinan, sekarang saya sudah
punya kesibukan lain. Jawaban tersebut rasional bukan ?? dan itu hak saya bukan
??. Lantas pertanyaan baru muncul “jika saya yang baru kemaren sore aktif di
IMM terus hari ini bisa lupa !! lalu bagaimana dengan mereka kanda dan yunda
yang sudah berpuluh-puluh purnama ninggalin IMM ??” ini pertanyaan yang saya
tidak bisa atau bahkan tidak berani menjawab, cuma saya yakin mereka tidak
seperti saya, dalam hati dan tingkah mereka IMM selalu melekat dan mereka
selalu ada untuk ikatan ini.
Tujuan utama yang ingin saya tuliskan bukanlah persoalan
“melupakan” melainkan apa yang salah sehingga saya “begitu mudah melupakan”.
Apa karena saya tidak bangga dengan IMM?? atau jangan-jangan saya mendua ?? ya
seperti kata pepatah “obat dari patah hati adalah jatuh cinta lagi”, memang
kurang nyambung tapi kalau dipaksain bisa nyambung ko, jadi sederhananya gini
saya bosan dengan IMM saya pun mendua dengan rutinitas lain, sehingga saya
mudah melupakan IMM. Ironis memang, lantas kalau sudah begini siapa yang paling
pantas untuk disalahkan ?? sepertinya semua sepakat diri saya sendirilah
penyebabnya, salah sendiri tidak punya keteguhan hati. Tapi tunggu dulu kalau
boleh saya berpendapat, setidaknya ini sepenuhnya bukan salah saya, malahan
saya berpikir mungkin IMM lah yang salah, bukannya rutinitas ikatan ini sangat
monoton ?? jadi wajar kan kalau saya bosan, kegiatannya juga gitu-gitu aja,
dari rapat ke rapat dari pelatihan ke pelatihan, terus pas action ga
menarik, masih mending gag menarik kalau gag bermanfaat ?? Jadi wajar dong
kalau saya bosan, belum lagi tiap tahun ganti pimpinan tapi keadaan yang
berkembang gitu-gitu aja, minim kontribusi gag punya gebrakan dan gag relevan
terhadap tuntutan zaman.
Membaca tulisan saya di atas, jelas mungkin ada yang sangat
tidak sepakat, bahkan marah. Ya memang saya akui pertanyaan-pertanyaan di atas
nampaknya harus dijawab mengunakan hati dan pikiran yang jernih, setidaknya
kita perlu merefleksikan pada tauladan pendahulu yang berjuang sekuat tenaga
dan pikiran untuk IMM. Jika tetap diperdebatkan pada hakikatnya saya pribadilah
yang salah, tidak perlu membela diri dan mengkritik IMM, apalagi kritikan
tersebut sepertinya tanpa dasar dan sangat subjektif. Bagaimanapun ikatan ini
memiliki nilai perjuangan yang sangat mulia, bahkan banyak kader IMM yang
dengan lantang mereka berani bersuara kami adalah kader yang berintelektual, religi
dan humanis. Jadi kalau sudah begini siapa yang salah ?? yang salah adalah saya
yang tidak bangga dengan IMM, saya yang tidak berbuat apa-apa untuk IMM, dan
saya yang tidak ikhlas berjuang untuk IMM.
Setidaknya di balik kesalahan, saya yakin masih banyak
semangat kader IMM yang tak pernah padam. Sedikit merefleksikan kembali pesan
KH Ahmad Dahlan yang merupakan pendiri organisasi Muhammadiyah, beliau berpesan
akan enam hal :
1.
Hendaklah
kamu jangan sekali-kali menduakan pandangan Muhammadiyah dengan perkumpulan
lain.
2.
Jangan
sentimen, jangan sakit hati, kalau menerima celaan dan kritikan.
3.
Jangan
sombong, jangan berbesar hati, kalau menerima pujian.
4.
Jangan
ngujub,kibir, dan riya.
5.
Dengan
ikhlas murni hatinya, kalau sedang sedang berkembang harta benda, pikiran, dan
tenaga.
6.
Harus
bersungguh-sungguh hati dan tetap tegak pendiriannya.
Hari ini, bagi saya pribadi pesan tersebut memberikan
suntikan semangat baru untuk kembali mengingat IMM dan kembali dalam langkah
perjuangan Muhammadiyah, dimulai dengan tulisan sederhana ini. Bertolak
belakang dengan pernyataan saya di awal, pada sesi akhir dari tulisan ini, saya
ingin mengatakan bahwa pada hari ini saya sangat rindu dengan IMM, saya sangat
ingin kembali hadir dalam setiap langkah perjuangannya, dan tak lupa pada
kesempatan ini saya juga mengucapkan selamat milad Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah yang ke 53, semoga ikatan ini betul-betul mampu berbuat banyak
untuk sebuah perubahan, ikatan ini mampu melahirkan para pemimpin-pemimpin
muslim yang mampu mewarnai kebaikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Amin.
Di atas sajadah, 14 Maret 2017
Fianhasain
Dulu kader IMM, sekarangpun masih kader IMM.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar