Oleh: Muhammad Ainul Yaqin Ahsan
(Ketua Bidang Organisasi PK IMM MIPA dan JPMIPA UAD)
Nilai Humanitas sebagai ideologi dasar
dan pragmatis kemasyarakatan sebagai pola tujuan sosial yang sistematis. Menjalankan
orientasi sosial kemasyarakatan dengan nalar intelektual serta pemahaman
religiusitas yang aplikatif. Ini
merupakan salah satu Trilogi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah.
Ideologi yang berbasis Al Quran dan As Sunah sebagai navigator perjuangan IMM dalam
pengabdian untuk Negeri Consesus ini, Darul
‘Ahdi Wa Syahadah.
Perjuangan IMM diranah sosial kemasyarakatan searah dengan Muhammadiyah. Perjuangan yang tertulis dalam Teologi neo- Al Maundan Teologi Al ‘Asyrmerupakan realisasi K.H. Ahmad Dahlan dalam membangun sosial masyarakat islam madani. Al Asyr(waktu) yang menjadi prioritas gerakan sosial dan Al Ma’un(manfaat) sebagai realisasi gerakan sosial. Teologi ini berorientasi dalam membangun masyarakat yang mengalami dekadensi moral dan amal, baik karena stigma para penguasa maupun para elit global yang semakin menindas masyarakat.
Perjuangan IMM diranah sosial kemasyarakatan searah dengan Muhammadiyah. Perjuangan yang tertulis dalam Teologi neo- Al Maundan Teologi Al ‘Asyrmerupakan realisasi K.H. Ahmad Dahlan dalam membangun sosial masyarakat islam madani. Al Asyr(waktu) yang menjadi prioritas gerakan sosial dan Al Ma’un(manfaat) sebagai realisasi gerakan sosial. Teologi ini berorientasi dalam membangun masyarakat yang mengalami dekadensi moral dan amal, baik karena stigma para penguasa maupun para elit global yang semakin menindas masyarakat.
Masyarakat
merupakan suatu kumpulan person membentuk kelompok sosial yang beragam
dalam suatu komunitas bersifat dinamis dan bergerak. Gerakan yang dilakukan
oleh masyarakat sangatlah terpengaruh pada lingkungan sekitar atau sebagian
besar dari warganya, misalkan pada masyarakat petani maka dalam geraknya sesuai
mekanisme alam yang tergantung pada musim. Persoalan Agraria yang menyulut api
kemarahan masyarakat saat itu, lemahnya kekuatan politik menyebabkan masyarakat
tidak kuasa menahan keserakahan para penguasa. Masyarakat yang selama ini
merupakan suatu subjek perubahan tetapi kurang dilibatkan dalam mengambil
keputusan yang dilakukan oleh pemegang kekuasaan. Masyarakat disini ditempatkan
pada objek perubahan bukan subjek perubahan. Oleh karena itu, kemasyarakatan
dalam ikatan menjadikan masyarakat sebagai pelaksana transformasi sosialnya.
Kemasyarakatan sebagai person sebelum melakukan perubahan maka di perlukan
adanya humanisasi dalam dirinya. Setelah menjadi kesadaran kolektif
maka yang diperlukan adanya proses liberasi dalam segala macam
ketertindasan. Ketertindasan (kaum mustad ‘afin) yang terjadi dalam masyarakat
seperti ketidakadilan dalam ranah hukum, gender, ekonomi, politik, alam dan
yang lain.
Hal
yang paling urgent dalam trilogi ini adalah merupakan suatu kesatuan
integralitas yang harus dilaksanakan dan dimiliki oleh ikatan guna menciptakan
transformasi yang dicita-citakan bersama. Trikompetensi ini harus tertanam
dalam diri kader sehingga dapat menjadi paradigama serta gerakan yang
diinginkan oleh ikatan. Sedangkan triloginya, merupakan lahan (garapan) ikatan
dalam tiga tempat yakni dalam dunia kemasiswaan, kegamaan dan kemasyarakatan.
Perlu adanya gerakan profetik (sesuai Al Quran dan As Sunah) seperti yang
dicontohkan Rasulullah dalam membebaskan kaum Mustad ‘Afin atau kaum yang tertindas ini. Relevansi gerakan
profetik sosial juga diterapkan oleh K.H. Ahmad Dahlan dengan Gerakan Al ma’un
nya. Berbagai cara peduli sosial telah beliau lakukan seperti memberi makan
fakir miskin, menyantuni anak yatim dan mendirikan sekolah berbasis Intelektual Public. Kemudian perjuangan
K.H. Ahmad Dahlan semakin tertanam dalam hati penggerak persyarikatan
Muhammadiyah hingga menjadikan Amal Usaha sebagai Gerakan Profetik yang
berkemajuan dan mencerahkan.
Sebagai
Mahasiswa yang berintegritas intelektual moral dan amal, bersikap kritis dalam
kesenjangan sosial masyarakat di era kapitalisme. Sebagai pelopor masyarakat
dalam perjuangan hak yang direnggut dengan paksa, hingga sebagai wakil yang
menyuarakan teriakan kaum mustad ‘afin.
Dengan kembali kepada gerakan profetik sosial yang mulai pudar eksistensinya,
maka di mulai dengan Gerakan Altruistik (lebih mengutamakan kepentingan orang
lain) sesuai dengan gerakan pembebasan kaum mustad ‘afin yang dilakukan oleh
Raulullah Muhammad Shallahu ‘alaihi wa salam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar