• Pendidikan Muhammadiyah di Era Globalisasi




    Oleh: M. Rizal Firdaus
    Ahmad dahlan merupakan cermin perjuangan idealis yang mencoba memecahkan ketegangan hubungan antara agama dan kemajuan. Karena itu, memajukan masyarakat adalah cita-cita luhur yang hendak diwujudkan Ahmad Dahlan. Ia memiliki jalur penyadaran masyarakat yang ditempuh melalui pendidikan. Ahmad Dahlan paham betul betapa pendidikan adalah sarana cukup penting untuk membangun umat islam di Indonesia. Baginya, pendidikan bisa dijadikan sebagai media penyadaran, penanaman nilai-nilai pembaharuan keislaman dan kemanusiaan. Selain itu tampaknya juga sangat yakin apabila pendidikan dapat menciptakan kehidupan masyarakat beradab dan berperadaban, yaitu tatanan masyarakat yang religius, cerdas, modern, dan terbebas dari hegemoni penjajah Belanda.
    Ketegangan hubungan antara agama dengan kemajuan, dapat diatasi dengan pembaharuan pendidikan. Ahmad dahlan melakukan eksperimen untuk memperbaiki sistem pendidikan, setelah itu, Ahmad Dahlan jatuh pada pilihan bahwa modernisasi sistem pendidikan adalah suatu keniscayaan untuk mengubah umat islam. Sebab perubahan masyarakat ke arah kemajuan hanya mungkin terjadi apabila terdapat perubahan cara berpikir mereka.
    Pada saat itu dua arus besar pendidikan yang berkembang, di satu sisi, pendidikan islam tradisional diwakili pondok pesantren, di sisi lain pendidikan sekuler yang diselenggarakan pemerintah belanda. Dalam desain sistem pendidikan Muhammadiyah, rupanya secara prinsip tidak menolak dua model sistem pendidikan tersebut. Pada saat itu Ahmad Dahlan mengadaptasi dua sistem pendidikan tersebut mendapat kritik, cercaan, dan cemoohan dari banyak pihak, dan khususnya para kyai tradisional. Namun Ahmad Dahlan tidak pernah memundurkan langkahnya, walaupun sejengkal, ia menyadari bahwa reaksi demikian adalah bagian dari tanda-tanda orang yang mapan dan anti perubahan, ia semakin yakin terhadap potensi besar yang ada pada usaha modernisasi sistem pendidikan karena dengan itu sistem pendidikan mampu mengubah cara berpikir orang yang mapan dan anti perubahan
    Sistem pendidikan muhammadiyah terdapat nilai penting yang pertama, pendidikan muhammadiyah telah berhasil membangkitkan kesadaran nasional bercorak islam, yang kedua, pendidikan muhammadiyah telah berhasil menjadi alat efektif untuk menyebarkan ideologi pembaharuan islam, dan yang ketiga, pendidikan muhammadiyah berperan besar menyebarkan pengetahuan praktis sains modern.

    Dapat diketahui pendidikan muhammadiyah telah menjadi alternatif mengingat sistem pendidikan terpadu dengan materi komprehensif yang disajikan cukup sesuai realitas dan kebutuhan masyarakat. Walaupun tiga nilai dapat dijadikan sebagai distingsi antara pendidikan muhammadiyah dengan dua arus pendidikan lainnya, ada satu nilai yang perlu diketahui bahwa pendidikan muhammadiyah yang dimaksud adalah kaderisasi, dalam hal ini pendidikan muhammadiyah cukup efektif mendidik para murid untuk menjadi pelopor, pelangsung, dan penyempurna gerakan muhammadiyah. Rasa cinta, pemihakan, dan juga semangat juang mereka cukup tinggi terhadap persyarikatan muhammadiyah.
    Pendidikan muhammadiyah hadir di tengah-tengah kehidupan masyarakat saat itu adalah sebagai respons terhadap situasi dan kondisi yang sedang berkembang. Selain itu, pendidikan muhammadiyah juga hadir sebagai salah satu alternatif dari lembaga-lembaga pendidikan yang telah ada di awal abad ke-20.
    Latar belakang berdirinya pendidikan muhammadiyah karena adanya dualisme pendidikan, yaitu pendidikan islam yang diwakili pesantren yang hanya mengajarkan ilmu agama saja, dan sekolah belanda yang hanya mengajarkan ilmu umum saja. Adapun faktor lain yang menjadi pendorong bagi ahmad dahlan untuk mendirikan pendidikan muhammadiyah, yaitu sebagai salah satu bentuk perlawanan terselubung terhadap kolonialisme Belanda, juga sebagai media pembebasan masyarakat, baik dari jerat kemiskinan, kebodohan, ketidakadilan, sistem kasta yang telah berurat berakar dan pelaksanaan ajaran agama yang kurang autentik.
    Dalam desain kuriklum muhammadiyah, menerapkan ilmu umum dan ilmu agama secara terpadu, integrasi ilmu umum dan ilmu agama di dalam kurikulum merupakan ciri khas dari pendidikan muhammadiyah. Dalam hal ini kurikulum pendidikan muhammadiyah rupanya telah berkembang secara evolutif, muhammadiyah menyadari betapa kurikulum bukanlah sebuah dokumen yang tidak bisa diubah. Kurikulum pendidikan muhammadiyah selalu bergerak dinamis seiring terjadinya perubahan, baik dari faktor eksternal maupun internal. Adapun model kurikulum yang dipakai sekolah muhammadiyah, model yang pertama, kurikulum yang mengadaptasi kurikulum lembaga pendidikan pemerintah dan ditambahkan mata pelajaran agama islam. Model kurikulum yang kedua, kurikulum khas atau spesifik muhammadiyah, dalam kurikulum jenis ini, materi pembelajaran disusun sesuai kebutuhan dan pilihan muhammadiyah sendiri.
    Dari kedua jenis kurikulum tersebut, maka jelaslah bahwa ciri khusus dalam pendidikan Muhammadiyah terletak pada pelajaran agama islam. Pelajaran agama islam didesain dan diorganisasikan sedemikian rupa sehingga kedudukanya menjadi sangat penting dan strategis. Selain pelajaran agama islam, pengetahuan lain yang dipandang strategis untuk didiseminasikan ke dala diri setiap murid sekolah Muhammadiyah adalah pelajaran kemuhammadiyahan.
    Dalam pelaksanaan pendidikan muhammadiyah membutuhkan suatu metode yang tepat untuk mengantarkan murid ke arah tujuan yang di cita-citakan. Dalam pendidikan Muhammadiyah metode dalam pembelajaran ada beberapa hal yang akan dielaborasikan lebih lanjut, adapun model yang dilakukan Ahmad Dahlan maupun yang diterapka di lembaga pendidikan formal dapat memberikan gambaran tentang aktivitas belajar mengajar yang diterapkan pendidikan muhammadiyah.
    1. Model pembelajaran Ahmad Dahlan
    Dasar metode dan proses pembelajaran yang efektif, dengan cerdas, ia mengemas materi yang disampaikannya melalui metode yang bukan hanya bisa memacu perkembangan kognitif aja, tetapi juga afektif dan psikomotorik. Salah satu metode pendidikan islam yang sering digunakan adalah biwar atau yang disebut dialog dan perbincangan. Adapun dampak penggunaan metode biwar bangkitnya perasaan dan kesaan-kesan dalam jiwa yang membantu mengarahkan seseorang dalam menyelesaikan sebuah masalah. Dalam model pembelajaran berbasis nilai ini selalu diajarkan Ahmad Dahlan kepada murid-muridnya ketika mempelajari surat al-ma’un. Adapun kejadian tersebut maka akan ditemukan makna edukatif yang bukan hanya telah membangkitkan segi kognisi, tapi juga afeksi dan psikomotorik murid.
    1. Pembelajaran di sekolah muhammadiyah kelas II
    Lembaga yang akan digunakan sebagai sampel adalah sekolah muhammadiyah kelas II, karena sekolah muhammadiyah kelas II telah memiliki kurikulum yang ditujukan bagi kelas I sampai kelas IV, dalam kurikulum ini terdiri dari pelajaran bahasa, menulis, berhitung, ilmu bumi, ilmu tab’i, olahraga, menggambar, agama islam dan yang lain-lain. Secara umum karena disadari penggunaan metode dalam proses pembelajaran tidak bisa dilakukan secara kaku, harus ada penyesuaian terhadap banyak faktor dalam memilih suatu metode pembelajaran, baik karena pertimbangan psikologis, iklim pembelajaran, target dan tujuan, dan yang lainya.
    Dalam suatu pembelajaran evaluasi merupakan salah satu komponen utama, disamping tujuan pembelajaran dan strategi belajar mengajar. Kebijakan evaluasi pendidikan yang dikembangkan sekolah muhammadiyah didasari oleh prinsip kesinambungan, keterbukaan, kesesuaian, dan mendidik. Prinsip ini selalu dikedepankan untuk mengukur tingkat efisiensi proses dan efektifitas pembelajaran yang ujungnya adalah hasil belajar. Evaluasi pendidikan yang akan dielaborasi pada bagian ini lebih difokuskan pada kegiatan penilaian terhadap proses dan hasil belajar yang telah dikembangkan disekolah Muhammadiyah. Kegiatan evaluasi proses pembelajaran disekolah muhammadiyah wajib dilakukan sedikitnya sekali dalam sebulan. Evaluasi proses ini dilaksanakan dalam rapat guru, yang salah satu agendanya adalah pembahasan mengenai pengajaran. Dalam proses evaluasi dilakukan disekolah Muhammadiyah bersifat terbuka, artinya, semua guru dapat memberikan berbagai informasi secara terbuka, obyektif, bisa dipercaya atau sesuai dengan realitas. Evaluasi hasil pembelajaran disekolah Muhammadiyah diarahkan untuk memperoleh data-data obyektif mengenai taraf perkembangan dan kemajuan belajar murid pasca mengikuti kegiatan belajar dan mengajar. Evaluasi ini berfungsi untuk mengukur dan membedakan antara keberhasilan dan kegagalan murid selama mengikuti kegiatan dan belajar mengajar di sekolah.
    Biaya merupakan salah satu palin mendasar dalam pendidikan, peran biaya menjadi sangat penting bagi kelangsungan pendidikan. Di sekolah Muhammadiyah standarisasi yang digunakan dalam memenuhi kebutuhan biaya. Mengingat sumber kekuatan ekonomi di sekolah muhammadiyah. Sumber biaya (pendidikan) Muhammadiyah berasal dari dua sumber, yaitu internal dan eksternal. Biaya eksternal berasal dari pihak-pihak tertentu yang simpatik pada pendidikan Muhammadiyah. Pihak tertentu yang dimaksud yang dimaksud bisa dari perorangan maupun lembaga. Adapun biaya internal berasal anggota Muhammadiyah, berasal dari iuran anggota, zakat, infak, dan shadaqah dan uang pangkal murid di sekolah Muhammadiyah.


    Refrensi: buku “Genealogi Dan Modernisasi Sistem Pendidikan Muhammadiyah” (Farid Setiawan)
  • You might also like

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

"Sungguh berat jadi kader Muhammadiyah.
Bila ragu dan bimbang, lebih baik pulang."

(Jendral Soedirman)
“Dan hendaklah ada di antara kamu
segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar,
merekalah orang-orang yang beruntung.“
(QS. Ali-Imron : 104)


Follow us :

FACEBOOK TWITTER INSTAGRAM EMAIL SEKRETARIAT
PC IMM Djazman Al Kindi
Kota Yogyakarta
@ImmDjazmanYogya @immdjazki.jogja immdjazmanygy@gmail.com Gedung PDM Kota Yogyakarta
Jl. Sultan Agung No.14, Gunungketur, Pakualaman,
Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55166