Oleh: Iis Ani Safitri
Albert Einstein, seorang ilmuan terbesar abad ke-20
menyatakan, “Relegion without science is lame and science
without relegion is blind”, agama tanpa ilmu adalah pincang
dan ilmu tanpa agama adalah buta. Kalimat ini menunjukkan
bahwa, agama tidak hanya mendorong studi ilmiah, tapi juga
menjadikan riset ilmiah yang konklusif dan tepat guna, karena
didukung oleh kebenaran yang diungkapkan melalui agama.
Alasannya adalah, karena agama merupakan sumber tunggal
yang menjadikan jawaban pasti dan akurat.
Kalimat tersebut juga menunjukan bahwa membangun karakter sebuah bangsa tanpa menggunakan panduan agama maka tidak akan berjalan dengan benar. Empat belas abad yang silam dunia dalam keadaan jahiliyah, di sebelah barat berdiri Imperium Romawi yang memiliki sistem yang sangat memprihatinkan yaitu perbudakan dan gladiator sebagai hobinya, yaitu seorang budak yang diadu dengan binatang buas hingga sang budak tewas bahkan dimakan binatang buas tersebut. Setelah tewas tepuk tangan bergemuruh menyambut kematian sang budak.
Disebelah timur, ada kerajaan Persia hidup dalam masa keemasan dan ilmu kebudayaan dengan memiliki kebiasan yang sangat memilukan yaitu kedhaliman, penindasan terhadap kaum miskin. Kalau masyarakat kecil yang salah maka disiksa tanpa prikemanusiaan, tetapi kalau orang-orang besar yang melakukan kedhaliman, tidak ada ceritanya para hartawan tersebut kena hukuman. Dibarat imperium romawi dan sebelah timur Persia dimasa keemasannya. Maka ditengah-tengah dua raksasa kerajaan itu sebuah peradaban jahiliyah yang sangat sempurna jahiliyahnya, tidak memiliki ilmu dan kebudayaan, masyarakat jahiliyah hanya mengedepankan sistem hukum rimba. Siapa yang kuat, maka dia yang berkuasa. Bahkan, Pertikaianantar suku menjadi pemandangan biasa saat itu. Belum lagi banyak Tuhan yangdiyakini dapat membantu mereka seperti Tuhan yang mereka buat sendiri seperti patung. Namun hal itu tidak berlangsung lama setelah lahirnya manusia sebagai sosok pilihan yaitu Nabi Muhammad S.A.W yang telah membawa perubahan yangsangat besar, yang telah mendobrak segala bentuk kedhaliman menuju kesuksesan moralitas global. Ada beberapa strategi dan upaya membangun peradaban dunia yang jahililayah tersebut, diantaranya Internalisasi nilai-nilai edukatif Al Qur’an yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW untuk memberi contoh dalam kehidupan sehari-hari dan peletak dasar-dasar kependidikan yang dikembangkannya kepada seluruh penduduk dunia yang tidak pernah sirna sepanjang masa.
Nabi Muhammad SAW tidak hanya sukses mengangkat masyarakat Arabiyah dari jurang jahiliyah, tetapi dengan strategi dan kontribusinya, beliau mampu memberi nafas islam di seluruh penjuru dunia hingga Eropa, Amerika, Australia hingga seluruh penjuru dunia senantiasa memuji kebesaran Allah SWT dan menjunjung tinggi akhlak mulia sebagaimana dicontohkan nabi sebagai sosok manusia luar biasa yang tidak akan ada sesudahnya. Hingga sampai pada masa kejayaan islam pada saat itu, masa ketika kaum intelektual muslim berjaya membawa begitu banyak pencerahan kepada duni pada kekhalifahan Abbadiyah telah melahirkan banyak pemimpin-pemimpin besar seperti Harun Al-Rasyid (763-809), Al-Ma’mun (786-833) yang mampu menggabungkan antara tradisi ilmu pengetahuan dan keluhuran moral yang kesemuanya berlandaskan Al-Quran.
Apa
relevansinya ketika dikatikan dengan bangsa Indonesia saat
ini. Menurut data The Pew Forum on religion & public life
tahun 2012 Indonesia merupakan merupakan negara muslim terbesar
diseluruh dunia, sebanyak 85% penduduknya beragama islam
meskipun Indonesia bukanlah negara Islam. Hal ini menjadi beban
besar bagi Bangsa Indonesia yang seharusnya dapat menunjukan
jati dirinya sebagai seorang muslim terutama untuk generasi
muda. Karena generasi muda merupakan cerminan sebuah bangsa,
namun pada realitanya malah sebaliknya. Pada saat ini
seperti kembali kemasa jahilliyah seperti fenomena free sex yang
terlihat umum, kasus porno, kasus kekerasan seksual, kerusuahan
dimana-mana, narkoba sebagai ladang bisnis, pertumpahan darah
menjadi fenomena umum, banyak pemuda yang lebih bangga terhadap
budaya barat, pemimpin yang tidaklagi amanah, perbudakan, yang kaya
semakin kaya dan miskin semakin miskin. Hal itu disebabkan
mayoritas orang hanya engedepankan intelektual saja tanpa menanamkan
nilai-nilai religius sebagai pedoman dalam kehidupan.
Umat islam
sesungguhnya tidak hanya diserang secara fisik saja seperti yang
terjadi di Afganistan dan Palestina, namun serangan yang lebih
berbahaya adalah serangan pemikiran dari musuh Islam yang
bertujuan menjauhkan Ummat dari ajaran Islam yang benar.
Liberalisme, sekularism, pluralisme, dan isme-isme lain sengaja
dikoarkan-koarkan untuk mengaburkan Islam. Dampak serangan ini memang
tak tampak secara fisik, karena tak menimbulkan kerusakan
rumah, wilayah, atau bahkan kematian. Tetapi merosotnya moral,
terkotorinya aqidah, hingga menjadikan Islam hanya sebagai agama
di KTP adalah tujuan utama serangan pemikiran tersebut
Oleh
karena itu mutlak hukumnya bangsa Indonesia sebagian besar
yang bernotaben penduduk muslim harus mempunyai kepribadian
Qur’ani yang dapat
bercermin pada masa kejayaan dan indahnya ajaran Islam dahulu. Dalam hal ini Al-Quran tidak hanya sebagai simbol saja, namun juga menjadi sumber utama yang akan menjadi panduan dalam perkembangan intelektual dan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu Bangsa Indonesia akan tehindar dari kerusakan-kerusakan dan degradasi moral seperti sekarang ini.
bercermin pada masa kejayaan dan indahnya ajaran Islam dahulu. Dalam hal ini Al-Quran tidak hanya sebagai simbol saja, namun juga menjadi sumber utama yang akan menjadi panduan dalam perkembangan intelektual dan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu Bangsa Indonesia akan tehindar dari kerusakan-kerusakan dan degradasi moral seperti sekarang ini.
Kepribadian Qur’ani yang dimaksud seperti a) Jiwa yang
Beriman: Jiwayang secara langsung memperoleh cahaya iman yang
tertanam di dalam hati, jiwa yang mendorong secara kuat lahirnya
perbuatan – perbuatan yang bermanfaat, baik untuk individu
maupun masyarakat. b) Jiwa yang Tenang: Jiwa yang
mempunyai kecenderungan semakin dekat dengan Tuhan, c) Jiwa yang
Rela: Jiwa yang puas dalam menerima segala pembagian dan
pemberian Tuhan sehingga merasa puas dan bahagia, d) Jiwa yang
Sabar: Jiwa yang tekun dan sungguh – sungguh dalam mencapai
cita-cita, dan diraih dengan kesabaran. Sesungguhnya Allah
akan menyertai orang – orang yang sabar, e) Jiwa yang Tawakal:
Jiwa individu yang setiap kali melakukan dan memperjuangkan
sesuatu perbuatan, dipasrahkannya perbuatan itu kepada Tuhan, f)
Jiwa yang Jujur: Jiwa yang mendorong tercetusnya penuturan atau
perbuatan secara jujur, sesuai kata hati, tidak terbersit
berbuatcurang dan merugikan orang lain, g) Jiwa yang Amanah: Jiwa
yang tidak hanya jujur, tetapi juga teguh dalam mengemban
kepercayaan serta menyadari bahwa amanah yang diterimanya itu
berasal dari Tuhan, h) Jiwa yang Syukur: Jiwa yang menjadi
sumber pendorong untuk mengelola dan mentasaufkan segala
yang dianugrahkan Tuhan sesuai tuntunannya demi memperoleh
keridlaannya, i) Jiwa yang Cerdas: Jiwa manusia yang menjadi
inspirator lahirnya tindakan – tindakan yang tepat untuk
menyayangi dan mengasihi pihak/orang lain, serta menghindari implus
yang meledak – ledak, j) Jiwa yang Berani: Jiwa yang mendorong
sifat keberanian dan tidak adanya rasa takut, penuh rasa percaya
diri, aman dan sukses, k) Jiwa yang Optimistis: Jiwa yang
melihat kehidupan ini penuh peluang dan harapan, sehingga
melahirkan jiwa yang besar dan pikiran positif terhadap ke
Maha Kuasaan Tuhan, l) Jiwa yang Pemurah: Jiwa yang mendorong
untuk suka memberi, dan menolong, m) Jiwa yang Tobat: Jiwa yang
setiap kali terjadi tindakan salah menurut pandangan agama dan
masyarakat, segera kembali kejalan kebenaran dengan menyesali
tindakan salahnya, dan berencana melakukan kebaikan –
kebaikan, n) Jiwa yang takwa: Jiwa individu yang berkomitmen
untuk secara sunguh – sungguh menjauhkan diri dari perbuatan –
perbuatan buruk yang memang dilarang Tuhan dan melaksanakn
hal-hal yang diperintahkan-Nya, o) Jiwa yang Ihsan: Jiwa yang
senantiasa mendorong peningkatan amal-amal lebih baik ketimbang
sebelumnya dan setiap amal dikerjakan seolah – olah
Allah menyaksikan kinerja yang dilakukan, p) Jiwa yang
Istiqamah: Jiwa yang selalu merasa sadar untuk taat asas dan
berpegang teguh pada apa yang diyakini, serta berpegangan pada
pedoman yang ada. Jika kebenaran agama yang diyakini, maka agamalah
yang menjadi rujukannya, q) Jiwa yang Bahagia yaitu Jiwa
yang merasakan suasana baik, menyenangkan, dan menggembirakan,
di mana segala yang terjadi dan dirasakan dalam kehidupan sesuai
dengan keinginan yang ada.
==================================================
Sumber:
Al-Quran
Anonim.2012.Islam. Akan Menjadi Agama Terbesar Di dunia. Diunduh pada May
13, 2015 pukul 11.21
www.dokumenpemudatqn.com/2012/11/Islam-akan-menjadi-agama-
terbesar-di-html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar