(Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah)
Pada Ceramah Maulid Nabi Muhammad SAW,
Jum'at 2 - Januari 2014 di Istana Negara
Jum'at 2 - Januari 2014 di Istana Negara
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Bapak Presiden beserta Ibu Negara Hj. Iriana Joko Widodo
Bapak Wakil Presiden beserta Ibu Hj. Mufidah Jusuf Kalla
Para Pimpinan Lembaga Negara
Para Duta Besar negara-negara sahabat
Para Menteri Kabinet Kerja
Para Alim Ulama, hadirin dan hadirat yang saya muliakan
ALHAMDULILLAH,
berkat hidayah, inayah dan taufiq Allah subhanahu wata’ala, Tuhan Maha
Pengasih dan Penyayang, malam ini kita bersilaturrahim memperingati
Maulid Nabi Muhammad SAW dalam keadaan sehat wal afiat. Kita bersyukur
kepada Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa yang denganrahmat, qudrat dan
iradat-Nya menganugerahkan kemerdekaan, kedaulatan, kedamaian dan
keamanan bagi bangsa Indonesia. Alhamdulillah, Allah Yang Maha Kaya
menjadikan Indonesia negeri dengan kekayaan sumberdaya alam yang
melimpah, panorama yang memesona dan keragaman suku yang berbudaya.
Bapak Presiden, hadirin dan hadirat yang saya hormati.
Peringatan
Maulid Nabi Muhammad oleh Pemerintah merupakan tradisi kenegaraan yang
penting dan penuh makna. Pertama, peringatan Maulid merupakan
akomodasi negara terhadap tradisi dan identitas Islam Indonesia. Kedua,
peringatan Maulid membuktikan komitmen Pemerintah dalam membangun
kehidupan mental-spiritual sebagai modal rohaniah bangsa Indonesia
dalam mencapai cita-cita menjadi bangsa yang berlemajuan, hebat dan
bermartabat. Ketiga, peringatan Maulid menunjukkan kecintaan kaum
Muslim Indonesia terhadap Nabi Muhammad SAW dan sarana edukatif untuk
dapat meneladani keluhuran akhlaknya. K.H. Mas Mansur, seorang Pahlawan
Nasional dan Ketua Muhammadiyah, mengatakan walaupun terdapat
perbedaan mengenai hukum perayaan Maulid, peringatan Maulid yang
dilaksanakan secara khidmad merupakan hal yang bermanfaat dan tidak
bertentangan dengan Islam.
Meneladani kehidupan Nabi
Muhammad dan para Rasul Allah adalah bagian dari ajaran dan akhlak
Islam. Sebagaimana disebutkan di dalam firman Allah surat al-Ahzab
(33): 21:
Artinya: Sungguh, telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah, (kedatangan) hari Kiamat, dan yang banyak
mengingat Allah.”
Di dalam Alquran, lafadz uswatun
hasanah” disebutkan tiga kali; Qs. Al-Ahzab (33): 21, al-Mumtahanah
(60): 4 dan 6. Menurut Zamakhsyari dalam Tafsir al-Kasysyaf ayat-ayat
tersebut dapat dibaca uswat” atau iswat” . Kata "uswat" mengandung
pengertian keutamaan dalam diri Rasulullah atau teladan (qudwah).
Dimensi basyariah, insaniah dan nubuwah Muhammad adalah teladan yang
dapat menimbulkan keutamaan bagi orang-orang yang mengikutinya.
Sedangkan kata iswat berarti mengikuti (iqtida’) atau nama dari sesuatu
yang diikuti. Iswat berasal dari akar kata alif-sin-waw yang berarti
menyembuhkan, memperbaiki dan mendamaikan. Para Rasulullah adalah
teladan yang dengan keluhuran akhlaknya mampu menyembuhkan penyakit
sosial, menyelesaikan berbagai masalah, memperbaiki keadaan dan
menciptakan tata kehidupan yang damai.
Bapak Presiden, hadirin dan hadirat yang saya hormati.
Nabi
Muhammad dilahirkan di Kota Mekah. Di dalam Alquran, Mekah disebut
Bakkah, al-Balad, al-Qaryah dan Umm al-Qura. Makkah disebut Bakkah
karena secara topografi terletak di lembah gersang. Di kawasan inilah
Nabi Ibrahim dan keluarganya memulai kehidupan baru. Walaupun pada
awalnya mengalami kesulitan luar biasa, dengan kegigihan bekerja dan
pertolongan Allah Nabi Ibrahim berhasil merubah negeri yang miskin
sumberdaya alam menjadi makmur, aman dan damai.
Mekah
terletak di kawasan yang strategis untuk pengembangan perdagangan.
Didukung oleh etos kerja dan tradisi dagang yang kuat, Mekah tumbuh
menjadi pusat bisnis yang makmur. Para saudagar Arab adalah pebisnis
ulet yang bekerja sepanjang musim ke berbagai negara. Bagi bangsa Arab,
berbisnis tidak semata bertujuan untuk memenuhi hajat hidup, dan
memperoleh harta-kekayaan, tetapi lebih penting lagi sebagai sarana
meraih kekuasaan dan kedudukan sosial. Karena tidak adanya tuntunan
agama, etos dan tradisi bisnis melahirkan masyarakat yang kapitalis,
materialistis, hedonistis dan feodalistis. Demi meraup keuntungan,
mereka menempuh segala cara. Kecurangan, kebohongan, keculasan dan
penipuan adalah budaya yang melembaga. Demi melanggengkan kekuasaan,
mereka memperbudak, mengeksploitasi dan memperdagangkan manusia. Mereka
gemar berfoya-foya, menghamburkan harta, bermegah-megahan di tengah
penderitaan kaum papa.
Demikianlah lingkungan alam dan
sosial-budaya Muhammad muda. Terlahir dari Bani Hasyim, salah satu trah
dari Suku Quraisy, Muhammad muda tumbuh menjadi sosok pekerja keras
yang trengginas. Muhammad muda menggembala domba dan berdagang ke manca
negara. Berbeda dengan pebisnis pada umumnya, Muhammad muda adalah
pebisnis yang santun, jujur, dan terpercaya. Faktor inilah yang membuat
Muhammad muda begitu termasyhur, usahanya melejit sejajar dengan
pebisnis elit. Waktu menikah dengan Khadijah, Muhammad menyerahkan
mahar 20 ekor unta merah, sebagian ada yang menyebutkan 100 ekor unta
merah. Pada zaman tersebut, unta merah adalah kendaraan terbaik.
Bapak Presiden, hadirin dan hadirat yang saya hormati.
Ketika
berusia 40 tahun, Muhammad diangkat menjadi Nabi dan Rasul Allah.
Muhammad mengemban misi risalah bagi umat manusia dan Rahmat bagi
semesta. Nabi Muhammad mengemban misi tauhid yaitu mengesakan dan
mengajak manusia menyembah hanya kepada Allah. Tauhid adalah fondasi
revolusi mental yang mengandung ajaran dan nilai persatuan,
egalitarianisme dan liberasi kemanusiaan. Berlandaskan tauhid, Nabi
Muhammad membela kaum wanita, budak dan dhuafa yang tertindas dan
terlindas oleh hegemoni kaum borjuis Quraisy. Nabi Muhammad adalah
sahabat dan pahlawan wong cilik, rakyat jelata, masyarakat akar rumput.
Tauhid mengandung nilai spirit level yang mendorong mobilitas sosial
vertikal berbasis kinerja. Nasib seseorang ditentukan oleh kasab (usaha
dan prestasi kerja) bukan semata-mata karena nasab (keturunan atau
silsilah keluarga).
Bagaimana agar seseorang berprestasi
dan meraih kejayaan? Jawabnya adalah dengan berkerja. Ajaran dasar
Islam tentang kerja adalah amal shalih. Lafaz amal shalih disebutkan
secara berurutan setelah iman di dalam lebih dari 60 ayat. Hal ini
menunjukkan kuatnya pertautan antara iman dengan amal shalih. Pertautan
iman dengan amal shalih laksana benda dengan bayangannya --
(Isutzu). Amal shalih adalah faith in action, faith-based movement,
aktualisasi, realisasi, ekspresi dan pengejawantahan iman.
Ber-amal
shalih berarti bekerja yang baik. Amal salih adalah investasi yang
menyelamatkan manusia dari kerugian, menuntun kepada kebahagiaan, dan
mengangkat martabat manusia. Bekerja yang salih memiliki empat prinsip.
Pertama, niat yang salih. Bekerja dengan niat mencari rejeki karena
Allah adalah perbuatan yang bernilai ibadah. Dengannya manusia
memperoleh ajrah (pendapatan) dan ujrah(ganjaran). Bekerja karena karena
Allah menumbuhkan motivasi, dedikasi, rasa percaya diri dan kepuasan.
Makna kerja tidak diukur dari perolehan materi semata tetapi juga
rahmat dan manfaat dari setiap tetes keringat.
Kedua,
kaifiah yang shalih yaitu proses, performa dan tata kerja yang baik dan
benar. Prinsip ini menegaskan pentingnya keahlian, keterampilan,
kecakapan, kedisiplinan, ketekunan, ketelitian, kesabaran, kejujuran dan
sikap profesional lainnya. Pentingnya profesionalisme ditegaskan di
dalam sebuah hadits: … jika suatu pekerjaan diserahkan kepada orang yang
tidak ahli, maka tunggulah kehancurannya.” (HR. Bukhari). Kaifiah yang
shalih meniscayakan adanya komitmen, kepatuhan, imparsialitas, dan
objektivitas yang menjauhkan seseorang dari kolusi, suap, dan skandal
dalam dunia kerja. Guideline, pedoman dan standar kerja yang jelas
memberikan kepastian penilaian kinerja yang menjadi dasar pemberian
penghargaan bagi yang berprestasi dan hukuman bagi yang bersalah.
Ketiga,
amal yang maslahat. Prinsip ini menghendaki adanya produktivitas kerja
dan outcome yang berkualitas, berdaya guna dan berhasil guna. Maslahat
berarti manfaat, kebaikan, keselamatan, kedamaian, dan kesejahteraan
umat manusia, serta kelestarian alam semesta. Prisip maslahat menegaskan
pentingnya pemerataan kemakmuran (distribution of wealth), bukan
penumpukan kekayaan (accumulation of wealth) pada beberapa gelintir
orang atau kelompok. Islam mengecam keras perilaku kaum kapitalis yang
menumpuk kekayaan, hidup mewah, boros, dan jumawa. Sebaliknya, Islam
mengajarkan kemuliaan hidup sederhana, bersahaja, dan peduli dengan
berbagi dan peduli kepada sesama.
Ajaran filantrofi Islam
dalam bentuk zakat, infaq, sedekah, wakaf, hibah dan hadiah tidak
hanya mengandung nilai ekonomi, tetapi juga nilai transendensi dimana
harta merupakan sarana manusia meraih keutamaan spiritual yang membuat
hidup manusia bermakna. Nabi Muhammad bersabda:”… Manusia yang terbaik
adalah mereka yang kehadirannya bermanfaat bagi manusia lainnya.”
Sederhana dan bersahaja bukanlah kehidupan dalam kemiskinan dan
kekurangan tetapi sikap mental qanaah, bersyukur dengan apa yang
dimiliki serta tidak memamerkan dan menghamburkan kekayaan. Walaupun
berkedudukan tinggi, Nabi Muhammad SAW tetap rendah hati, dan pemalu.
Nabi Muhammad menjahit sendiri pakaiannya. Sikap dan kepribadian Nabi
Muhammad ini merupakan counter culture dan kritik sosial dari kehidupan
kaum bangsawan.
Keempat, amal yang islah. Bekerja adalah
proses kontinum yang ditandai oleh adanya perbaikan, penyempurnaan,
peningkatan, dan pembaharuan. Untuk itu seseorang harus bersikap
terbuka, ksatria, tahan kritik, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat.
Prinsip islah mengandung ajaran futurisme, bahwa masa depan harus
lebih baik dari masa lalu dan masa kini. Generasi mendatang harus lebih
baik dari generasi terdahulu. Inilah makna orientasi akhirat. Makna
lain akhirat adalah berorientasi dan membekali diri untuk dapat
bertahan di tengah perubahan, bahkan menjadi penentu perubahan. Prinsip
ini mengandung pesan pentingnya regenerasi sumberdaya manusia,
investasi sumberdana, dan konservasi sumberdaya alam.
Dengan
keluhuran akhlak, kekuatan kepribadian, keberanian, keteladanan dan
pembangunan mentalitas kerja baru, Nabi Muhammad berhasil merubah
masyarakat Arab jahiliah yang barbar menjadi bangsa yang berkeadaban.
Nabi Muhammad membangun peradaban baru dengan merubah mind-set: visi,
kepercayaan, dan orientasi hidup yang benar. Etos kerja dan tradisi
bisnis bangsa Arab diperkuat dengan ajaran dan nilai-nilai etik Islam
yang ditransformasikan secara alamiah dengan penuh kesantunan,
kelembutan dan kasih sayang.
Bapak Presiden, hadirin dan hadirat yang saya hormati.
Sejarah
dunia menunjukkan bagaimana bangsa-bangsa yang hebat dan begitu
digdaya di masa lalu, sekarang terpuruk dan tinggal sejarah.
Sebaliknya, banyak bangsa yang berasal dari kalangan budak atau
perompak berhasil merubah wajah dunia dengan kerja keras, cerdas, dan
ikhlas. Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi bangsa dan
negara yang hebat. Kesalehan spiritual bangsa Indonesia sangat tinggi.
Walaupun demikian, kesalehan sosial umat beragama masih rendah.
Penelitian Badan Litbang Kementerian Agama tahun 2014 menunjukkan hanya
dua dari dari 10 indikator indeks kesalehan sosial (IKS) yang masuk
kategori baik.
Dua indikator yang baik dengan nilai di
atas 60 adalah demokrasi dan menghormati perbedaan. Delapan indikator
lainnya masuk kategori rendah. Delapan indikator tersebut meliputi
kepedulian sosial, kedermawanan, menghargai perbedaan, tidak memaksakan
nilai, good governance, mencegah kekerasan, konservasi lingkungan dan
restorasi lingkungan.
Produktivitas kerja bangsa
Indonesia juga masih rendah. Rendahnya produktivitas disebabkan oleh
faktor eksternal seperti gaji yang rendah, infrastruktur yang minim,
kompetensi yang lemah, dan tidak adanya pelatihan. Selain itu,
produktivitas yang rendah disebabkan oleh faktor internal yaitu
remdahnya mentalitas kerja. Faktor internal tersebut antara lain (1)
tindakan konstruktif (2) percaya diri (3) bertanggung jawab (4)
mencintai pekerjaan (5) berorientasi ke masa depan (6) mampu
menyelesaikan masalah (7) mampu beradaptasi dengan lingkungan baru (8)
berkontribusi terhadap lingkungan (9) kemampuan bekerjasama (10)
kekuatan mengaktulisasikan potensi. Produktivitas yang rendah juga
dipengaruhi oleh factor sosial-kultural yaitu mentalitas priyayi dimana
seseorang bekerja untuk menikmati fasilitas, pelayanan dan memperoleh
status sosial.
Walaupun korupsi terus berkurang, tetapi
budaya korupsi masih relatif tinggi. Selain karena faktor penegakan
hukum, korupsi terjadi karena mentalitas kerja yang salah. Korupsi
adalah indikasi motif kerja yang bertujuan untuk menumpuk harta semata.
Korupsi adalah penyakit mental.
Bangsa yang hebat adalah
bangsa yang memiliki mind-set berkemajuan, trengginas, bekerja dengan
superioritas moral, supremasi ilmu pengetahuan dan teknologi dan visi
kerja yang benar. Dengan budaya amal shalih bangsa Indonesia akan mampu
mengeksplorasi, mengolah dan memanfaatkan sumberdaya alam untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Nabi Muhammad
membangun bangsa dan peradaban utama dengan revoluasi mental yaitu
dengan membangun mind-set kerja, membangun mentalitas, membangun
akhlak. Allah SWT berfirman: … Sesungguhnya Allah tidak akan merubah
keadaan suatu bangsa sehingga bangsa tersebut merupakan apa yang ada di
dalam dirinya.” (Qs. Al-Ra’d (13): 11).
Semoga bermanfaat. Mohon maaf atas segala kekurangan.
Nashrun min Allah wa fathum qarib
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
sumber : muhammadiyah.or.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar