Oleh:
Muhammad Rizal Firdaus
“Menjadi orang
besar harus membaca, menulis,
diskusi dan berorganisasi”
Gothang Wiyadi
Siapa yang menjadi
pemimpin IMM? pertanyaan ini muncul pada setiap pergantian kepengurusan baik
tingkat komisariat hingga tingkat pusat. Organisasi otonom dibawah naungan
Muhammadiyah dengan ranah geraknya di lingkungan mahasiswa, kampus dan
sekitarnya yang berlandaskan al quran dan as sunnah. Sekumpulan mahasiswa
Muhammadiyah di ikat menjadi satu untuk membentuk visi misi sesuai dengan jalan
ideologi Muhammadiyah, disitulah muncul gerakan dakwah mahasiswa dengan tujuan
mengusahakan terbentuknya akademisi Islam yang berakhlak mulia dalam rangka
mencapai tujuan Muhammadiyah (tujuan
IMM).
Dinamika dunia
pergerakan mahasiswa semakin menggelora mengingat abad ke 21 ini zaman
keterbukaan, semua orang bisa berkomentar, berpendapat hingga mencemooh
khalayak dirinya paling benar. Sementara itu dunia informasi semakin menggila
bagai negeri di kepung oleh para netizen. Antara kecintaan dan kebencian
terhadap negeri beda-beda tipis, fanatisme kelompok terhadap membela
“kebenaran” selalu diteriakan dengan alih-alih membela atas nama rakyat.
Kegelisahan atas konflik tejadi di negeri ini seperti makanan sehari-hari,
dinamika politik hingga isu sara selalu di suguhkan. Penindasan dan kearoganan
terhadap individu hingga kelompok seoalah hanya bahan retorika semata dan bahan
literasi tanpa implikasi.
Fenomena seperti ini
tidak asing lagi di dunia pergerakan mahasiswa. Idealisme mahasiswa
dipertaruhkan, apakah terjerumus dalam kegelapan atau menerangi dunia gelap?
Muncul kegalauan di tubuh organisasi. Perbedaan pendapat hingga memutuskan
kebijakan dengan alih menengahi antara pro dan kontra. Peran kepemimpinan dalam
organisasi perlu pertimbangan yang matang jangan sampai menyudutkan salah satu
pihak.
Kepemimpinan dalam IMM
tidak jauh dari kepemimpinan dalam persyarikatan Muhammadiyah. Keikhlasan tanpa
paksaan menjadi bekal dalam memimpin. Dalam sistem pemilihan pemimpin 13
formatur menjadi ciri khas tersendiri dari organisasi lain, musyawarah salah
satu cara yang tepat untuk menentukan kepemimpinan yang baik. Kemudian siapa yang
menjadi pemimpin IMM?
Tri
kompetensi dasar
Dalam gerak IMM
memiliki Trilogi IMM (keagamaan, kemahasiswaan dan kemasyarakatan). Untuk
mewujudkan Trilogi tersebut perlu adanya nilai dalam diri, yaitu Tri kompetensi
dasar (Religiusitas, intelektualitas dan Humanitas). Antara Trilogi dan Tri
kompetensi IMM ini di padukan menjadi landasan paling utama dalam ber-IMM.
Nilai-nilai Tri kompetensi
dasar menjadi bekal penting dalam kepemimpinan IMM. Keharusan memaknai Tri
kompetensi menjadi tolak ukur atau acuan IMM dalam menempa diri menjadi
pemimpin. Nilai ke-Religiusitas seperti
ber amar ma’ruf nahi mungkar, rajin dalam ibadah, amanah, jujur menjadi nilai
dasar dalam ke imanan individu. Nilai Intelektualitas sebagai mahasiswa harus punyai wawasan yang
luas, logis, kreatif, kritis, hingga kecerdasan dalam dunia akademik ataupun
non akademik. Nilai humanitas yang harus menjadi bekal dalam ber-IMM seperti
peka, empati, solidaritas tinggi, peduli, royal.
Ikatan mahasiswa
Muhammadiyah sebagai bagian dari gerakan mahasiswa islam ikut berperan dalam
membangun bangsa. Punya daya kritis menjadi alat untuk menganalisa kondisi
sosial dari berbagai aspek permasalahan. Nilai Tri kompetensi cukup untuk bekal
dalam diri kader IMM, kualitas kader dalam memimpin perlu terus dibangun
mengingat perkembangan dunia semakin cepat jangan sampai gerakan IMM statis.
Kemana
kepemimpinan IMM Djazman ke depan?
Ini menjadi penting
dalam pembahasan ranah gerak IMM di bawa kemana, dalam beberapa kegiatan selama
beberapa periode ini gerak IMM kota Yogyakarta fokus pada pembebasan kaum
mustad’afin. Isu yang dibangun saat ini fokus ke pendidikan dan isu ini pun di
angkat ke dalam tema DAM tahun ini. pentingnya isu pendidikan karena pendidikan
salah satu dasar dalam bangun karakter. Saat ini pemerintah sedang gencar dalam
revolusi mental salah satu bangun pendidikan karakter, usaha yang dilakukan pun
beragam dari penerapan full day school hingga menyanyikan Indonesia Raya tiga
stanza. Sikap apa yang harus dilakukan pada penerapan pendidikan karakter
pemerintah harus membangun. Saat ini pun fokus IMM cabang Djazman bangun
karakter melalui bangun akhlak di sekitar desa binaan.
Mahasiswa adalah agen of change, saat ini kemunduran
kualitas sebagai peran mahasiswa semakin terlihat. Menurunya budaya literasi,
kritis hingga meningkatnya kebiasaan hedonis yang di tubuh mahasiswa.
Menjamurnya hoax salah satu dampak yang terjadi disekitar kita sehingga terbawa
arus akan kehidupan “gelap”. Peran mahasiswa terutama IMM harus menerangi
kegelapan demi membangun generasi bangsa yang membangun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar