Selamat malam, Pertiwi
Tanah rumput yang selalu menggoda hasrat manusiawi
Selaksa negeri beraroma surgawi
Selamat malam, Pertiwi
Laut air yang selalu memikat birahi
Tak kalah seksi dengan negeri nona berbikini
Pertiwi,
Perawan khatulistiwa?
Ah, bukan!
Adalah janda khatulistiwa
Haruskah melacur diri
Kembali?
Sedang rahim menganga
Putra-putrimu kian pongah
Membusungkan dada
Semakin mesra mendesah
Perih… Teramat Perih…
Langkahmu tertatih
Pun tak membuatmu merintih
Lihatlah…! Bersaksilah…!
Ia…
Pria kurus bermain lakon anak negeri
Asik beronani dalam kamar mandi
Mengemas negeri menjadi komoditi
Nurani terbungkus rapi dalam peti
Mati! Mati…! Mati, Pertiwi!
Lihatlah…! Bersaksilah, Pertiwi!
Ia…
Wanita gendut bertunggang banteng
Berbaju merah mentereng
Berkalung lonceng
Mirip seperti banci kaleng
Ialah api dalam keranda jiwa
Membakar, memusnahkan segala
Ialah air dalam noktah sejarah
Membasahi, melunturkan segala
Tak terbaca
Luar biasa berbahaya
Namun, kami akan menjadi pembela
Tersebab,
Kami panas dalam mataharimu
Kami basah dalam hujanmu
Kami arah dalam anginmu
Juga lembut dalam dekapmu
Kami, putra-putri sejatimu
Pertiwi, maafkanlah kami
Tuhan, ampunilah kami
--------------------------------------------------
Puisi
yang saya bacakan di UAD Got Talent Orange Festival. Meskipun belum
berkesempatan menjadi juara, Alhamdulillah saya mendapatkan momentum
yang baik untuk menyampaikan pesan saya melalui puisi saya sendiri. Bagi
saya, yang terpenting adalah pesan yang ingin sampaikan bisa
tersampaikan ke semua orang.
Semoga berkah. Silahkan dibagikan jika bermanfaat. :) M. Arifudin Hidayatullah
Sumber : https://www.facebook.com/notes/m-arifudin-hidayatullah/puisi-elegi-tanah-pertiwi/889540457743576
Tidak ada komentar:
Posting Komentar